Pria Ini Alergi Terhadap Gadget dan Semua Teknologi Elektromagnetik
Sunday, 19 October 2014
0
comments
Saat ini manusia sedang berada dalam era teknologi, yang mana semua
perlengkapan kebutuhan orang-orang akan semakin terkoneksi dengan gadget
dan internet, yang membantu aktivitas manusia dalam kesehariannya.
Namun, ternyata tak semua orang dapat menikmati betul akan kehadiran
teknologi. Kisah tragis harus dialami Peter Llyod yang mempunyai alergi
terhadap teknologi atau dikenal dengan istilah hipersensitivitas
eletromagnetik (EHS).
Llyod harus mendekam serta terisolasi di rumahnya sendiri di St Fagans,
Cardiff, Wales, dengan perlengkapan yang jauh dari barang-barang
elektronik dan benda listrik.
Ia tak bisa menggunakan gadget yang bermuatan listrik seperti ponsel,
jam tangan, televisi, telepon, pemutar CD, atau listrik di rumahnya.
Dikarenakan bila ada barang tersebut di dekatnya, Llyod akan merasakan
reaksi kesakitan.
“Saya pertama kali mengalami apa yang terjadi yang saya rasakan itu
adalah ketika saya masih berumur pertengahan dua puluhan. Saya merasakan
perasaan pusing setelah melihat layar komputer dan tidak mampu berpikir
jernih,” ungkap Llyod.
Andalkan Lilin
Diketahui, orang yang mengidap hipersensitivitas eletromagnetik ini akan mengalami seperti flu, sakit kepala, lesu, dan mual ketika bersentuhan atau berdekatan dengan peralatan berbau teknologi. Pada tahun 2009, Parlemen di Eropa menyatakan orang yang menyandang EHS, dikatakan sebagai orang cacat.
Diketahui, orang yang mengidap hipersensitivitas eletromagnetik ini akan mengalami seperti flu, sakit kepala, lesu, dan mual ketika bersentuhan atau berdekatan dengan peralatan berbau teknologi. Pada tahun 2009, Parlemen di Eropa menyatakan orang yang menyandang EHS, dikatakan sebagai orang cacat.
Maka dari itu, Llyod tak leluasa untuk bepergian ke luar rumahnya
karena akan saling berkontak dengan ponsel orang lain, mobil, bor
listrik, hingga zona Wi-Fi.
Bahkan, dalam pencahayaan saja, pria berumur 42 tahun tersebut
mengandalkan lilin untuk membaca buku-buku serta artikel di majalah New
Scientist dan Scientific American untuk menemani aktivitas
sehari-harinya.
“Saya menemukan beberapa artikel yang menjelaskan gejala saya dan
saya menemukan sebanyak mungkin tentang hipersensitivitas
elektromagnetik,” tuturnya.
Sebelumnya, Llyod menghabiskan diri tinggal di daerah Spanyol selama
tiga tahun, namun kembali ke Cardiff, di mana ia harus kehilangan
kemampuan untuk berjalannya, karena sering berada di rumahnya.
Namun, kisah tragis lainnya harus dihadapinya. Pasalnya, Dewan
Cardiff menyatakan akan menggusurnya. Bila penggusuran itu terjadi, ia
akan dipindahkan ke rumah sakit, yang tak lain banyak peralatan medis
mengandung eletromagnetik, sehingga Llyod akan semakin parah.
Maka dari itu, Llyod berkeinginan untuk terisolasi di sebuah pondok kayu agar tetap terjaga dari benda-benda eletronik.
0 comments :
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar dengan kata - kata yang Baik, Bijak dan Sopan.
Yang tidak diperbolehkan dalam berkomentar :
1. Komentar SPAM
2. Komentar yang mengandung unsur SARA.
3. Komentar yang berbau PORNO.
4. Komentar Saling CACI MAKI.
5. Komentar IKLAN OOT (Out Of Topic).
Jika ada komentar yang melanggar ketentuan tersebut diatas dan dianggap spam akan Saya Hapus.
Terima Kasih. Salam Blogger.